Menu

Mode Gelap
Dewasalah Saudara Tua, AC. Milan Tesla Dahlan Iskan dan “Ejekan” untuk Giliraja

Sudut Pandang · 25 Mei 2022 16:02 WIB ·

Dewasalah Saudara Tua, AC. Milan


 Marco Materazzi dan Rui Costa pada derby Milan di perempat final Liga Champions 2004-2005. (c) squawka Perbesar

Marco Materazzi dan Rui Costa pada derby Milan di perempat final Liga Champions 2004-2005. (c) squawka

Sebagaimana liga di negara Eropa pada umumnya, musim 2021-2022 berakhir. Dengan menghadirkan AC. Milan sebagai kampiun.

Kepastian itu didapat setelah pada Minggu (22/05) di pertandingan ke-38 Milan berhasil mengalahkan Sassuolo 0-3 di Mapei Stadium.

Dari hasil pertandingan tersebut klub asuhan Stefano Pioli berhasil mempertahankan keunggulan dua poin dari rival sekotanya, Inter Milan.

Milan bersaing dengan Inter hingga pekan terakhir liga untuk mengunci gelar yang terakhir mereka dapatkan 2011 lalu. Ini menjadi Scudetto ke-19 bagi klub Kota Mode sepanjang sejarah mereka didirikan pada tahun 1899 silam, 20 tahun sebelum Inter.

Sekalipun finis di posisi kedua, dan bersaing ketat dengan Milan, pihak Inter menyampaikan ucapan selamat atas capaian Ibrahimovic dan kawan-kawan—sesuatu yang banyak pihak anggap sebagai sikap luar biasa dan jarang terjadi di sepanjang sejarah rivalitas keduanya.

“Complimenti @acmilan. Quest’anno èstata una bellissima sfida. Ci vediamo l’anno prossimo,” demikian ditulis dalam akun resmi Twitter Inter.

“Selamat AC. Milan. Tahun ini menjadi persaingan yang sangat luar biasa. Sampai jumpa di musim depan.”

Sehari berselang, Milan mengadakan parade untuk merayakan satu-satunya gelar yang mereka dapatkan musim ini. Para pemain dibawa menggunakan bus terbuka yang diikuti oleh ribuan Milanisti sambil menyanyikan yel-yel kebesaran mereka.

Namun sayang, parayaan prestisius tersebut tercoreng ulah beberapa pemain peraih enam gelar Liga Champions tersebut dengan membentangkan spanduk yang menyerang Inter.

Dan secara tidak langsung aksi tersebut merendahkan kompetisi Coppa Italia bentukan FIGC, Federasi Sepakbola Italia yang juga menjadi penyelenggara Serie-A.

“La Coppa Italia mettila nel culo,” demikian tulisan spanduk yang dibentangkan oleh Krunic dan Maignan. “Letakkan Coppa Italia di bok*ng sialanmu.”

Tidak jelas apa sebenarnya motif dari tindakan tersebut. Namun yang jelas kata-kata itu ditujukan untuk mengolok-olok gelar yang diraih saudara mudanya—Inter—12 Mei lalu, Coppa Italia.

Di sela-sela parade itu juga, pemain tertua Milan, Ibrahimovic, dengan terang-terangan mengolok Hakan Çalhanoğlu, pemain Milan yang menyeberang ke Inter sebelum kompetisi musim ini dimulai.

Sebagai klub yang telah mengarungi dinamika persaingan selama 123 tahun, dengan berbagai sikap tersebut, Milan tidak sedewasa itu. Ini bukan kali pertama tindakan kekanak-kanakan itu terjadi.

2007 lalu, kala Milan menjuarai Liga Champions dan Inter menjuarai Liga Italia, tindakan serupa pernah terjadi dengan Massimo Ambrossini sebagai aktornya.

Memang, yang melakukan adalah pemain berbeda, dan generasi yang berbeda pula. Tapi Milan adalah Milan. Tidak peduli siapa pelakunya dan kapan itu terjadi.

Manajemen, pemain, staf dan segala yang berada di bawah emblem Associazione Calcio Milan mestinya paham. Bahwa setiap capaian gelar adalah rentetan perjuangan yang susah payah diupayakan.

Perjuangan yang tentu menguras tenaga, dana, pikiran dan emosi dari satu pertandingan ke pertandingan lainnya. Dari satu stadion ke stadion lainnya. Sebagaimana mereka lalui musim ini dan musim-musim sebelumnya. Dan memastikan bahwa tindakan unrespect itu tidak terjadi (lagi).(*)

*Penulis, Abdul Kholisin adalah Interisti yang bersyukur atas gelar Super Coppa Italia dan Coppa Italia yang diraih Inter musim ini.

Artikel ini telah dibaca 264 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Sebuah Hipotesa tentang Asal Muasal Kerusakan Sesuatu

18 Oktober 2022 - 19:01 WIB

Ongky Arista UA

Meneroka Konsep Komunikasi Positif Bupati Baddrut Tamam

14 September 2022 - 21:53 WIB

Ongky

Religiusitas di Balik Pojhur

3 September 2022 - 23:11 WIB

Genealogi Nalar Egois

1 September 2022 - 09:58 WIB

UKW sebagai Narasi Kritik Kerja Jurnalistik “Saya”

27 Agustus 2022 - 21:18 WIB

Kritik

Penjaga Toko, Dosen, dan Kendali di Tangan Anda

28 Mei 2022 - 16:45 WIB

Trending di Sudut Pandang