Pamekasan, sudutpandang.co — Generasi Emas Nusantara (GEN) Pamekasan menggelar diskusi kepemudaan di Kafe Manifesco, Desa Jalmak, Kecamatan Pamekasan, Selasa (30/4/2024) malam.
GEN membedah gagasan Figur Muda Pamekasan 2024 Ongky Arista UA. Sebagaimana diketahui, figur Ongky Arista muncul belakangan ini dan mewarnai beranda Tiktok warga Pamekasan.
Dalam diskusi ini, Ongky Arista UA menerangkan bahwa Pamekasan harus sudah berkemas untuk bertransformasi dari sisi interaksi dan pola komunikasi publik.
“Pejabat, siapa pun itu, harus piawai dan tidak kaku lagi dalam memanfaatkan media massa, media sosial, dan figur Pamekasan 2024, juga harus mengerti betul bagaimana media massa dan media sosial bekerja,” ungkapnya.
Ongky menilai, bahwa hingga saat ini, belum muncul pejabat di Pamekasan yang akun medsosnya populer dan menjadikan itu sebagai wadah aspirasi serta keluh kesah.
“Itu berarti, selama ini pola komunikasi kita belum maju dan ikut perkembangan zaman. Konten media sosial itu bisa memengaruhi pola pikir seseorang. Orang hari ini terbentuk karakternya juga karena melihat konten di media sosial. Nah, kalau pemerintah tidak hadir di sini, bagaimana caranya dekat dengan masyarakat yang rata-rata hari ini punya Tiktok dan akun medsos lainnya?” paparnya.
Ketua Forum Wartawan Pamekasan (FWP) itu juga mengatakan, bahwa hari ini perlu muncul pejabat lalu mengumumkan akun medsosnya.
“Sampaikan kepada masyarakat, bahwa akun medsosnya bisa nerima keluh-kesah dan dia siap menindaklanjutinya. Selama ini kan mereka belum melek ke sana, coba adakah akun medsos pejabat yang bisa jadi wadah keluh-kesah warganya di Pamekasan?” tanyanya.
Ongky mengatakan, pemerintah harus memiliki pengaruh. “Kita kenal kan istilah influencer, nah, pemerintah harus hadir untuk mengakrabkan diri dengan berlaku seperti influencer, kenalkan program dan kebijakannya,” katanya.
Selain itu, Pemimpin Redaksi Media Jatim itu juga mengkritik pola-pola sejumlah figur yang memakai cara primordial untuk mendongkrak popularitasnya jelang Pilkada 2024.
“Misal, bagi-bagi sembako, ngundang anak yatim. Itu cara-cara primordial. Gak anak muda sama sekali. Kalau cara itu dipakai, berarti pola pikir kita belum maju ke depan,” tambahnya.
Dia mengatakan, bahwa bagi-bagi sembako, dan santunan anak yatim tidak perlu dipublikasikan berlebihan dan didramitisir.
“Maksud saya, cukup di balik layar, kalau anak yatim kemudian dipublikasikan depan layar, itu kentara bahwa figur tidak punya cara lain untuk mendongkrak dirinya. Figur harus kreatif, dong, jangan itu-itu saja,” tuturnya.
Selebihnya Ongky berharap, konstelasi politik di Pilkada Pamekasan 2024 ini mendorong kedewasaan masyarakat dalam berpikir dan bertindak.
“Money politik harus bisa dihapus misal, semua figur sepakat untuk memperkecil modal politik, ditandatangani semua figur, dan diterapkan semua figur untuk tidak bermain di area money politik, dan ini akan menjadi angin segar dan tentu akan mendorong kesadaran memilih pemimpin,” pungkasnya.(*/in)