Menu

Mode Gelap
Dewasalah Saudara Tua, AC. Milan Tesla Dahlan Iskan dan “Ejekan” untuk Giliraja

Sudut Pandang · 4 Feb 2022 17:53 WIB ·

Siapa Manusia Siapa Binatang


					War for the Planet of the Apes Perbesar

War for the Planet of the Apes

War for the Planet of the Apes adalah sebuah film fiksi ilmiah yang merupakan sekuel dari dua film sebelumnya (Dawn for the Planet of the Apes-2011 & Rise of the Planet of the Apes-2014).

Berlatar pada era di mana populasi manusia semakin sedikit akibat wabah yang disebabkan oleh virus.

Virus ini menjadikan bangsa kera semakin cerdas bahkan bisa berbicara di satu sisi. Namun di sisi lain menjadikan ras manusia semakin rentan dan menjadi tidak bisa berbicara sebagaimana kera.

Sekilas tampilan poster dan judul dari film ini akan membawa pada bayangan bahwa film ini akan menyuguhkan berbagai action dan kengerian dunia perang antara manusia dan primata.

Namun kekuatan dalam film ini bukanlah pada aksi perkelahian dan tembak-menembak. Tetapi lebih pada pesan moral yang disampaikan sehingga setelah menonton film ini penonton akan dibawa pada dunia pemahaman akan arti penting dari sebuah kata ‘war’ atau ‘perang’.

Sang sutradara, Matt Reeves mendefinisikan kata war secara lebih esiansial dan menampilkannya dengan bungkus yang apik dan epik. Terlihat jelas pada bagian ending ketika tokoh utamanya (Caesar) sebagai pemimpin para kera dihadapkan pada dua konflik batin sekaligus.

Pertama, tentang ambisi untuk menuntaskan dendamnya pada Mc. Collough, si kolonel pimpinan serdadu pembasmi kera yang telah membunuh istri dan anak Caesar.

Dan kedua, sebagai pemimpin kawanan, Caesar harus menjauhkan pengikutnya dari konflik yang telah berlarut sekian lamanya.

Di titik ini, secara moral, manusia berubah menjadi kera, yang direpresentasikan oleh Mc. Collough, dan kera menjadi lebih humanis.

Seolah-olah sutradara berkata, “tak harus setiap yang berbulu untuk dikatakan sebagai binatang, dan siapa pun kamu jika hatimu terbebas dari bulu-bulu benalu kebencian, kamulah manusia sejati”.

Dan mungkin di akhir cerita, penonton akan sadar bahwa sebenarnya ego merupakan yang pertama kali harus dikalahkan sebelum berangkat pada perang kasat mata.(*)

*penulis adalah Abdul Kholisin.

Artikel ini telah dibaca 76 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Sebuah Hipotesa tentang Asal Muasal Kerusakan Sesuatu

18 Oktober 2022 - 19:01 WIB

Ongky Arista UA

Meneroka Konsep Komunikasi Positif Bupati Baddrut Tamam

14 September 2022 - 21:53 WIB

Ongky

Religiusitas di Balik Pojhur

3 September 2022 - 23:11 WIB

Genealogi Nalar Egois

1 September 2022 - 09:58 WIB

UKW sebagai Narasi Kritik Kerja Jurnalistik “Saya”

27 Agustus 2022 - 21:18 WIB

Kritik

Penjaga Toko, Dosen, dan Kendali di Tangan Anda

28 Mei 2022 - 16:45 WIB

Trending di Sudut Pandang